Ketiga raksasa itu disebut “Sangkala Tiga” atau kejahatan yang tiga. Untuk menumbuhkan kesadaran dan keyakinan serta kekuatan iman, dibangunlah “Abiyakala” yaitu upacara penyucian diri dari kegelapan (awidya), sehingga upacara Unan-unan merupakan kurban “Buta Yatnya”
Secara etimologi kata Uana-unan berasal dari kata “nguna” berarti melangkah atau menuju. Jadi arti Unan-unan adalah melangkah atau menuju kesempurnaan hidup dengan jalan mengadakan penghormatan terhadap mahluk halus, serta mengadakan hubungan yang harmonis dengan “Tri Hita Karana”.
Secara historis Unan-unan merupakan suatu upacara pemberian kurban atau upah kepada Buta Kala (Raksasa), agar tidak mengganggu ketentraman dunia dengan segala isinya. Upacara Unan-unan itu ada persamaanyya dengan upacara “Buta Yadnya” dalam ajaran agama Hindu.
Rangkaian upacara Unan-unan
Jalannya upacara dipimpin oleh seorang Dukun, dengan tata urutan upacara sebagai berikut : Duwa Dandosan Resik Dusun atau Mantra (Japa) persiapan bersih desa, Mapah Astadala atau delapan penjuru yaitu do’a yang ditujukan kepada Dewa yang ada di delapan arah. Ujub ngayomi leluhur desa yaitu do’a yang bditujukan kepada “cikal-bakal” pendiri desa dengan memberikan penghormatan kepadanya.
Perlengkapan upacara unan-unan
Sesaji yang diperlukan dalam upacara unan-unan meliputi :Kloso anyar (tikar baru) Sekul (nasi) rohan sebanyak 100 takir, Suruh ayu, gedang ayu, jambe ayu, Sate kerbau sebanyak 100 biji, Racikan yang jumlahnya serba 100,dan Kepala kerbau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar